Laman


Minggu, 21 Agustus 2011

Lisan yang Mengantarkan ke Surga Allah



Lisan/Lidah adalah salah satu ayat Allah, juga salah satu nikmat-Nya. Maka wajiblah manusia memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, serta rnenjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat. “…Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan”. (QS. 24:24)
Lidah termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang diucapkannya melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Dia adalah alat paling penting yang bisa dimanfaatkan oleb syaithan dalam menjerumuskan manusia.

Nabi Saw. telah bersabda:

“Barang  siapa mampu menjaga apa yang terdapat antara dua janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga”. (Muttaq ‘alaih, dari Sahl bin Sa’ad)

“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar rnengucapkan kala-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya Iebih jauh antara timur dan barat”. (Muttaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam” (Muttafaq ‘alaih. dari Abu Hurairah)

“Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya.” (HR Abu Nuaim)

Allah berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS.50:18)

Lisan memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan berdzikir kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan berbicara berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lisan untuk berdzikir dan taat kepada Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga lisan dapat mengantarkan ke surga dan dapat pula mengantarkan ke neraka.

“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa di pikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat" (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Allah swt memerintahkan kita untuk berkata baik dan menghindari perkataan yang buruk:

Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (QS. 17:53)

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelqjaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik... “ (QS. 16:125)

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”.

“Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik”. (Muuttafaq ‘alaih)

Lisan yang dapat menghantarkan ke surga antara lain adalah:

1.      Berbicara seperlunya
Rasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan”. (HR At Tirmidzi)

2.      Tidak fudhul kalam (tidak berlebih-lebihan dalam berbicara).
Allah SWT berfirman :  “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia” (QS. 4:114)

Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya dan menginfakkan kelebihan hartanya”. (HR. Al Baghawiy) 

3.      Tidak melibatkan diri dalam pembicaraan bathil.

Rasulullab SAW bersabda:
“Sesungguhnya ada seseorang yang berharap dengan ucapanyang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” (HR Ibn Majah)  

Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya mereka menjawab:
“….dan adalah kami membicarakan yang bathil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” (QS. 74:45)

Terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan Al Qur’an, Allah SWT rnernperingatkan orang-orang beriman “... ,maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS. 4:140)

4.      Menghindari berbantahan dan berdebat
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu, dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri”. (QS. 29:46)

Rasulullab SAW bersabda “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan”. (HR Tirmidzi)

5.      Menghindari pertengkaran
Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu bertengkar dihadapan-Ku, padahal sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu” (QS. 50:28)

Aisyah ra berkata Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar”. (HR. Al Bukhari)

6.      Tidak menekan ucapan (memfasihkan/bersajak).
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan memfasih-fasihkan kata”. (HR Ahmad)

Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Disinilah dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.

7.      Tidak berkata keji, jorok dan caci maki
Nabi bersabda :
Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain: “Syurga itu haram bagi setiap orang yang keji”. (HR Ibnu Hibban)

Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR At Tirmidzi)

8.      Tidak mengutuk
Sabda Nabi SAW: “Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” (HR At Tirmidzi)

“Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun Jahanam“ (HR. At Tirmidz)

“Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan syafaat dan saksi di hari kiamat” (HR. Muslim)

9.      Menghindari bergurau (aI-mazah) berlebihan.
Gurauan yang diperbolehkan adalah gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong tidak menyakiti orang lain, tidak berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan para sahabatnya.

Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang kurang berguna. Disamping itu kebiasaan ini akan menurunkan kewibawaan.

Umar bin Khatthab berkata: “Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina “.

Said ibn al Ash berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, janganlah bercanda dengan orang mulia, maka ia akan dendam kepadamu, jangan pula bercanda dengan bawahan maka nanti akan melawanmu.

10.   Tidak mengejek/meremehkan orang lain (as-sukhriyyah) dan tidak mencemooh (istihza’).
Perbuatan ini terlarang dalam agama.

Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena). Boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dan mereka yang mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok (QS. 49: 11)

11.   Tidak menyebarkan rahasia (hubungan suami istri).

Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya orang yang paling  buruk tempatnya di hari Kiamat adalah orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya”. (HR Muslim)

12.  Tidak berjanji palsu
Firman Allah SWT:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian. Akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kpd kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yg menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, ,penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yg benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (QS.2: 177)

QS. 16:91
QS. 33:15
QS. 48:10

Pujian Allah SWT pada Nabi lsmail as:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kpd mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya. Dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi. (QS 19:54)

Rasulullab SAW bersabda : “ada tiga  hal yang jika ada pada  seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khianat “ (Muttafaq alaih dari Abu Hurairah)

13.   Tidak berbohong.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat disisi Allah sebagai pembohong”. (Muttafaq alaih.

“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu dan orang yang memanjangkan kain sarungnya”. (HR Muslim)

“Celaka orang yang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia”. (HR Abu Dawud dan At Tarmidzi)


14.  Tidak bergunjing (ghibah)

Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang rnengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu yang jika ia mendengarnya ia tidak rnenyukainya.” Para sahabat bertanya.”Jika yang diceritakan itu mernang ada? Jawab Nabi : “Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada”. (HR Muslim)

Al Quran menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lalin. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah penerima taubat Maha penyayang. (QS. 49: 12)

Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:
a.      Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi
b.      Meminta bantuan untuk rnerubah kemunkaran
c.       Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.
d.      Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang
e.      Orang yang dikenali dengan julukan buruknya seperti al a’raj (pincang), dst.
f.       Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan (mujahir)

15.  Tidak namimah (adu domba) dan menfitnah.

Allah SWT berfirman: Celakalah bagi setiap humazah lagi lumazah.” (QS. 104:1 ).
Humazah adalah orang-orang yang melakukan namimah.

Wallahu a’lam bishawab

*Dari berbagai sumber*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya.