Laman


Selasa, 13 September 2011

Al-Kindi

 Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi

PENEMU MINYAK WANGI
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi atau lebih dikenal dengan nama Al-Kindi. Orang Barat menyebutnya Al-Kindus. la lahir di Kota Kufah tahun 801 M. Ayahnya adalah seorang gubernur di Kufah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah. la merupakan keturunan dari suku bangsa Kindah yang berasal dari Yaman.
Al-Kindi merupakan seorang ilmuwan yang menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti kimia, geometri, filsafat, astrologi, arsitektur, sampai musik, selain sebagai ulama yang terkenal. Dia berjasa besar dalam mengembangkan pemikiran Islam sampai abad keduabelas Masehi.
Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi
Salah satu hasil temuannya di bidang kimia yang cukup populer adalah minyak wangi. Al-Kindi merupakan orang pertama yang memproses minyak wangi secara kimiawi. Minyak wangi telah mengalami perkembangan pesat hingga sekarang, dan menjadi industri yang menjanjikan. Banyak merek minyak wangi yang sekarang lebih populer dengan sebutan parfum dijual ke pasaran dengan harapan dibeli oleh para konsumen.
Selain menemukan minyak wangi, Al-Kindi juga memiliki banyak penemuan. Dalam bidang teknologi, Al-Kindi menghasilkan perhiasan, kaca, dan alat perang. Dalam bidang arsitektur, ia merancang jembatan, mesin perang, terowongan, dan bangunan lainnya di daerah yang ditinggalinya.
Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi
Al-Kindi juga dikenal sebagai filosof Islam pertama. Atas jasa-jasanya, ia berhasil menyatukan pemikiran Islam dan filsafat Yunani yang sangat mengandalkan logika. Bahkan untuk mewujudkan impiannya itu, ia membangun sebuah institusi (lembaga) yang bergerak di bidang perpaduan pemikiran Yunani dan peradaban Arab.
Memang terjadi pertentangan antara filsafat Yunani dan agama-agama di Arab (Timur Tengah). Semua diawali dari penerjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab yang dilakukan oleh orang Nasrani Suryani pada masa Khalifah Al-Rasyid dan Al-Ma’mun. Padahal, waktu itu pemikiran Islam sedang berada di puncak kemajuan, dan menganggap pemikiran Yunani sebagai “musuh” yang harus dilawan.
Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq Al-Kindi
Al-Kindi tampil untuk mendamaikan semua itu. Pada masa Khalifah Al-Ma’mun, ia menjelaskan tentang filsafat dan agama secara rinci dan baik. Semua argumentasinya diterima oleh kalangan kerajaan, ilmuwan, ataupun agamawan pada masa itu. Bagi Al-Kindi, sebagai umat manusia di dunia ini, intinya adalah saling memahami satu sama lain, bukan saling memusuhi. Setiap sesuatu ada sisi baiknya yang bisa diserap, dan diterapkan bersama pemikiran yang telah lebih dulu ada dan diyakini.
Al-Kindi juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif. Ilmu yang dikuasainya ditulis dalam banyak buku yang terus dikenang sampai sekarang. Ada kurang lebih 240 karya yang berhasil diselesaikannya. Menurut versi Ibnu al-Nadhim dalam catatannya, al Filtrist, ada sekitar 231 tulisan Al-Kindi yang membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Al-Kindiyah adalah nama perpustakaan pribadinya yang sangat besar dan menyimpan koleksi buku serta manuskrip dari berbagai literatur bermacam ilmu pengetahuan.
Akan tetapi, perpustakaan ini sempat menimbulkan rasa iri keluarga kerajaan kepadanya. Ilmuwan Bani Musa ingin merampas perpustakaan itu dari Al-Kindi. Melalui persekongkolan rahasia, akhirnya perpustakan itu berhasil direbut. Namun dikembalikan lagi, karena yang berhak memiliki adalah Al-Kindi, ilmuwan besar yang banyak berjasa pada kerajaan. Karya-karya Al-Kindi sempat musnah dari peredaran. Terjemahannya hanya beberapa yang berhasil dilacak, dan ditemukan sekitar tahun 1950. Namun, tidak semua karyanya berhasil ditemukan, hanya sekitar 25 karya saja yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin. Karya-karyanya yang masih dalam bahasa Arab tidak ditemukan sampai sekarang. Meski begitu, buku-buku itu semakin menegaskan namanya dalam jajaran ilmuwan yang berjasa pada kemajuan dunia.
Al-Kindi meninggal dunia pada tahun 873 M. Sebuah ungkapan yang terkenal dari adalah “Kebenaran dari mana pun berasal dapat kita terima, karena tiada yang lebih dicintai oleh pencari kebenaran, selain kebenaran itu sendiri.” Sebuah ungkapan yang memberi inspirasi banyak ilmuwan untuk terus mencari kebenaran.
Pustaka
105 Tokoh Penemu dan Perintis Dunia Oleh Badiatul Muchlisin Asti, Junaidi Abdul Munif
Foto :
en.wikipedia
yahya2.edublogs
www-history.mcs.st-and.ac
my.opera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya.